Monday, June 15, 2009

MS CT-SCAN 64 Slices


Kini telah hadir teknologi canggih dan mutakhir di bidang CT Scan dengan 64 slices yang dapat melihat dengan sangat jelas dan detail secara noninvasive (tanpa katerisasi jantung) keadaan pembuluh darah jantung koroner serta plak (tumpukan kolesterol) penyebab penyempitan pembuluh darah.

Multi Slice CT Scan dengan kecepatan 64 slice merupakan generasi CT Scan paling canggih dengan peningkatan kecepatan yang sangat signifikan dari generasi terdahulu.

Siapakah yang memerlukan pemeriksaan ini ?

Multi Slice CT Scan 64 Slices untuk diagnosis penyakit jantung koroner

* Pasien dengan keluhan nyeri dada yang tidak khas dan pemeriksaan EKG yang tidak khas dan treadmill yang meragukan, mereka akan memperoleh manfaat pemeriksaan ini untuk menentukan tindakan selanjutnya.

* Pasien pasca balonisasi / pemasangan stent atau operasi by-pass koroner, untuk mengetahui keadaan koroner dalam perkembangan selanjutnya (apakah ada penyempitan ulang atau baru) tanpa harus katerisasi jantung

* Mereka yang mempunyai faktor resiko tinggi, seperti penderita kencing manis, darah tinggi, kolesterol tinggi, perokok, yang memiliki riwayat jantung koroner pada keluarga, usia lanjut serta yang kurang aktif berolahraga, namun belum terdiagnosa memiliki penyakit jantung koroner.


Multi Slice 64 CT SCan 64 Slices untuk mendiagnosis penyakit lain

* Pasien-pasien yang mempunyai gejala gangguan pembuluh darah otak, atau pernah mengalami gejala stroke perlu melakukan pemeriksaan angiografi pembuluh darah otak dengan Multi Slice CT Scan 64 Slices.

* Pasien yang diduga mengalami penyempitan / gangguan pembuluh darah tungkai

* Apabila ditemukan adanya kelainan / gangguan pada saluran napas.

* Penggunaan Multi Slice CT 64 Slices akan sangat bermanfaat untuk mengetahui adanya keganasan pada saluran pencernaan.

* Dengan Multi Slice CT Scan 64 Slices dapat dilakukan deteksi dini untuk keganasan paru-paru yang sering ditemukan pada usia > 50 tahun, perokok atau pekerja tambang.

Multi Slice CT Scan 64 Slices dapat digunakan untuk pemeriksaan organ lainnya seperti leher, perut (untuk hati, limpa, pankreas, kandung empedu, usus, saluran kemih), tulang dan pembuluh darah lainnya.

Dari www.medistra.com

Lanjutkan...!!!

Pemanfaatan Biopotensial Pada Tubuh Manusia Untuk Mengetahui Tingkat Stress

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15 persen dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75m². Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis.



Bagian-bagian Kulit Manusia
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan jaringan subkutan atau subkutis.

a) Epidermis

Epidermis terbagi atas empat lapisan.
1. Lapisan basal atau stratum germinativium.
2. Lapisan malpighi atau stratum spinosum.
3. Lapisan granular atau stratum granulosum.
4. Lapisan tanduk atau stratum korneum.

Epidermis mengandung juga : Kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara penguapan. Kelenjar ekrin terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat diselaput lendir. Seluruhnya berjumlah antara 2 sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan. Sektretnya cairan jernih kira-kira 99 persen mengandung klorida,asam laktat,nitrogen dan zat lain.

Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut, terdapat di ketiak, daerah anogenital, putting susu dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat diseluruh tubuh, kecuali di tapak tangan, tapak kaki dan pungung kaki. Terdapat banyak di kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak, kolestrol dan zat lain.

b) Dermis

Dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebih lebih longgar (pars reticularis). Lapisan pars retucularis mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.

c) Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis)

Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf, pembuluh darah dan limfe, kandungan rambut dan di lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energi.

Fungsi-fungsi Dari Kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut:
a) Pelindung
b) Pengatur Suhu
c) Penyerap
d) Indera perasa
e) Fungsi pergetahan

Saraf pada Jaringan Kulit

Jika kulit diberi rangsangan listrik maka elemen-elemen kontraktil akan memendek atau kulit akan berinteraksi. Rangsangan ini berasal dari pusat kesadaran (otak) dan disalurkan melalui serabut saraf pengerak menuju serabut-serabut kulit. Seperti diketahui kulit berkontraksi menurut rangsangan yang datang, bila tidak ada rangsangan unit pengerak dalam keadaan istirahat (relax) dan otot dalam keadaan lemas (flaccid).

Pengiriman rangsangan dari saraf ke serabut kulit dilakukan melalui sambungan yang dinamakan junction neuromuscular. Pada akhir ujung saraf ini masih terletak diluar selaput tipis pembungkus serabut kulit. Dibagian akhir ini ditemukan butiran-butiran halus yang disebut kuhme atau gelembung-gelembung asetilkolin. Asetilkolin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh bagian saraf akhir dengan tujuan untuk merangsang serabut kulit. Karena rangsangan ini membuat permeabilitas sel-sel kulit berubah sehingga ia dapat meneruskan rangsangan tadi keseluruh bagain kulit, akibatnya kulit berkontraksi.

Pengaruh Tegangan Kulit Pada Kondisi Tubuh Manusia

Tegangan dari kulit sangat berpengaruh terhadap perubahan tingkat ketegangan manusia. Tegangan pada kulit manusia menurut penelitian, tegangan kulit manusia dalam keadaan normal berkisar antara 1-3 mili Volt, dan apabila manusia sedang mengalami tingkat ketagangan yang tinggi bisa melebihi dari 3 mili Volt. Pada tubuh manusia tingkatan kondisi tubuh dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
· Rilexed
· Calm
· Tense
· Stressed

Tabel Pengaruh Kondisi Ketegangan Terhadap Perubahan Tegangan Kulit



Alat yang digunakan untuk mengukur ketegangan manusia biasanya menggunakan suatu alat yang bernama Galvanic Skin Response (GSR). Cara mengukur dari tegangan kulit adalah dengan memasang sensor elektroda permukaan kulit pada bagian kedua lengan tangan selama 60 detik, hal ini dikarenakan selain pemasangannya yang praktis, kondisi kulit tangan yang tidak berkeringat dan cenderung kering, sangat baik sebagai tempat pemasangan elektroda. Dimana nilai dari tegangan kulit yang diukur, apabila diukur dengan mengunakan alat ukur tegangan kulit (GSR) maka nilai dari hasil pengukuran akan sama dengan tegangan pada tubuh manusia yang diukur. Setelah dilakukan penelitian maka didapatkan hasil dari pengukuran tegangan kulit menggunakan alat GSR dalam berbagai kondisi tubuh didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel hasil pengukuran GSR



Aktifitas Listrik Dalam Sel

Pada tubuh manusia terdiri atas otot yang mana mempunyi sekitar 650 otot. Sel-sel otot tersusun atas protoplasma yang mengandung ion-ion yang terjadi akibat ionisasi. Ion-ion yang dominan adalah Na+ (sodium), Cl (clorida), dan K+ (potassium).

Sel dikatakan dalam keadaan istirahat, maka terdapat resting potensial antara bagian dalam dan bagian luar. Sedangkan ion potassium (K+) terkonsentrasi dibagian dalam dan ion sodium (Na+) di bagian luar membran sel, sedangkan konstanta dielektrikum yaitu suatu nilai konsentrasi konsentrasi yang tinggi dalam suatu daerah yang bebas untuk bergerak, sehingga partikel tersebut akan mengalir ke arah penyamaan konsentrasi keseluruh daerah.

Untuk ion positif dan negatif tanda minusnya dihilangkan jika kembali ke keadaan istirahat. Pasangan ion positif dan negatif di daerah batas netral (peralihan) disebut dipole. Jika sel dalam keadaan aktif maka ion-ion bergerak masuk kedalam sel dan ion-ion K+ keluar. Setelah setengah detik terjadi proses kebalikanya, setelah 1 mili detik sel kembali pada keadaan istirahat.

Potensial aksi dapat terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran untuk mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan potensial aksi ke segala jurusan sel membran. Keadaan ini disebut perambatan potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi. Proses repolarisasi sel membran disebut refraktor.


Gambar Pemasangan Elektroda


Gambar GSR Meter

Dari Dr. Irawan Setiabudi
Lanjutkan...!!!

Sunday, June 14, 2009

Sekilas tentang Magnetic Resonance Imaging (MRI)



Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang pemeriksaan diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.

Beberapa faktor kelebihan yang dimiliki-nya, terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuai untuk diagnostik jaringan lunak.



Teknik penggambaran MRI relatif kompleks karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan parameter tersebut tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detil tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.

Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat diagnostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara lain :
a. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik,
b. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya,
c. Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya,
d. Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat.

Selanjutnya MRI bila ditinjau dari tipenya terdiri dari :
a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang luas
b. MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.

Sedangkan bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari :
a. MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T
b. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – T
c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T

Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI yang memiliki tesla tinggi karena alat tersebut dapat digunakan untuk teknik Fast Scan yaitu suatu teknik yang memungkinkan 1 gambar irisan penampang dibuat dalam hitungan detik, sehingga kita dapat membuat banyak irisan penampang yang bervariasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan banyaknya variasi gambar membuat suatu lesi menjadi menjadi lebih spesifik.



Perkembangan MRI

Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori, bahwa inti atom bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuat spinning dan precessing. Dari hasil penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance (NMR) Spectrometer, yang penggunaannya terbatas pada kimia saja.

Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR. Selanjutnya karena kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa sebaiknya NMR diletakkan, maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIO-LOGI (1984), NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan diletakkan di bagian Radiologi.

Prinsip Dasar MRI

Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan mag-net. Saat diberikan frequensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Sewaktu radio frequensi dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet . Pada saat kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan diper-kuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.

Kelebihan MRI Dibandingkan dengan CT Scan

Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu :
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal.
2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.

Artefak pada MRI dan Upaya Mengatasinya

Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang menurut jenisnya dapat terdiri dari : kesalahan geometrik, kesalahan algoritma, kesalahan pengukuran attenuasi.

Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari :
a. Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physiologi, karena gerakan jantung gerakan per-nafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan, berkedip dan lain-lain.
b. Artefak yang terjadi karena perubahan kimia dan pengaruh magnet.
c. Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya.
d. Artefact yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap.
e. Artefak sistem penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk gambaran akibat faktor kesalahan geometri, kebocoran dari tabir radio frekuensi.

Akibat adanya artefak–artefak tersebut pada gambaran akan tampak : gambaran kabur, terjadi kesalahan geometri, tidak ada gambaran, gambaran tidak bersih, terdapat garis–garis dibawah gambaran, gambaran bergaris-garis miring, gambaran tidak beraturan.

Upaya untuk mengatasi artefak pada gambaran MRI, antara lain dilakukan dengan cara : waktu pemotretan dibuat secepat mungkin memeriksa keutuhan tabir pelindung radio frekuensi, menanggalkan benda-benda yang bersifat ferromagnetic bila memungkinkan, perlu kerja sama yang baik dengan pasien.

Berikut ini contoh gambar hasil scan MRI:




Dikutip dari http://www.litbang.depkes.go.id/
Lanjutkan...!!!

Elektrokardiogram (EKG)

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktivitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang elektroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter atau ahli medis untuk menentukan kondisi jantung dari pasien, yakni untuk mengetahui hal-hal seperti frekuensi (rate) jantung, arrhytmia, infark miokard, pembesaran atrium, hipertrofi ventrikular, dll. Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.


Sistem Konduksi Jantung


Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa system sirkulasi darah. Yang paling berperan adalah bilik (ventrikel), sedangkan serambi (atria) sebenarnya berfungsi sebagai ruang penyimpanan selama bilik memompa. Ventrikel berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-paru, dan ventrikel kiri mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui sistem sirkulasi, fasa ini disebut systole. Sedangkan fasa pengisian atau istirahat (tidak memompa) setelah ventrikel mengosongkan darah menuju arteri disebut diastole. Kontraksi jantung inilah yang mendasari terjadinya serangkaian peristiwa elektrik dengan koordinasi yang baik. Aktivitas elektrik dalam keadaan normal berawal dari impuls yang dibentuk oleh pacemaker di simpul SinoAtrial (SA) kemudian melewati serabut otot atrial menuju simpul AtrioVentrikular (AV) lalu menuju ke berkas His dan terpisah menjadi dua melewati berkas kiri dan kanan dan berakhir pada serabut Purkinye yang mengaktifkan serabut otot ventrikel





Sistem 12 lead (sadapan) EKG

Jantung adalah organ tiga dimensi, sudah seharusnya aktivitas elektriknya pun harus dimengerti dalam tiga dimensi pula. Setiap sadapan elektroda memandang jantung dengan sudut tertentu dengan sensitivitas lebih tinggi dari sudut/bagian yang lain. Sadapan atau lebih dikenal dengan lead, adalah cara penempatan pasangan elektroda berkutub positif dan negatif pada tubuh pasien guna membaca sinyal-sinyal elektrik jantung. Semakin banyak sadapan, semakin banyak pula informasi yang dapat diperoleh Pada rekaman EKG modern, terdapat 12 sadapan elektroda yang terbagi menjadi enam buah sadapan pada bidang vertikal serta enam lainnya pada bidang horizontal.




Bidang Vertikal/Frontal:



a. Tiga buah bipolar standard leads atau sadapan Einthoven, yaitu Lead I, II, dan III. Sadapan ini merekam perbedaan potensial dari dua elektroda yang digambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi, segitiga Einthoven.


b. Tiga buah unipolar limb leads atau sadapan Wilson yang sering disebut juga sadapan unipolar ekstrimitas, yaitu Lead aVR, aVL, dan aVF. Sadapan ini merekam besar potensial listrik pada satu ekstrimitas, elektroda eksplorasi diletakkan pada ekstrimitas yang akan diukur.


Bidang Horizontal:


Enam buah unipolar chest leads atau sering disebut juga sadapan unipolar prekordial, yaitu lead V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.

Gambar 2.3 Sadapan ekstrimitas dan unipolar prekordial


Komponen dan Bentuk Sinyal EKG

Menurut Mervin J. Goldman definisi sinyal EKG adalah grafik hasil catatan potensial listrik yang dihasilkan oleh denyut jantung. Sinyal EKG terdiri atas :

1. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena otot atrium yang relatif tipis.

2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S.

3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat (repolarisasi).



Contoh bentuk sinyal yang didapat dari 12 leads (sadapan) EKG normal adalah seperti pada gambar di bawah.



Dikutip dari Deborah Septyawati
Lanjutkan...!!!

Biokontrol Sebagai Pendeteksi Saraf Ketegangan Manusia

Berpegang pada realita kehidupan tentang stress, maka dirancang suatu sistem elektronis, bias dikatakan sebagai stress indicator, yang mampu mendeteksi dan mengelompokan kadar stress seseorang. Dengan stress indikator diharapkan seseorang dapat memonitor tingkat stress, melakukan semacam tindakan preventif atau tindakan untuk menghindari dan mengatasi stress. Contoh penggunaan stress indicator dalam dunia medis, yaitu sebagai alat monitoring tingkat stress pasien yang akan menjalani operasi, membantu penegakan diagnosa yang kerap kali menjadi tidak akurat karena pasien mengalami stress. Stress indicator dapat juga digunakan oleh pekerja yang menuntut kehandalan, sehingga pengendalian stress menjadi sangat penting untuk membantu kinerjanya.


Gambar 1 : Diagram blok rangkaian detektor ketegangan

Prototype Stress Indicator ini merupakan sistem berbasis digital dengan metode pengalamatan pada IC terprogram EPROM yang menampilkan kadar tahanan dalam diri mannusia dan sekaligus indikator kondisi tingkat stres manusia tersebut dengan menampilkan huruf awal dari beberapa tingkat stress yang
dialami manusia. Tampilan stress indicator akan digolongkan dalam empat kondisi stress seseorang yaitu, stressed (S), tense (t), calm (C) dan relaxed (r). Dan stress itu adalah suatu perasaan takut atau tegang yang berlebihan sehingga membuat ketidak nyamanan dalam aktivitas manusia itu sendiri. Tense juga mempunyai arti suatu perasaan takut atau tegang yang besar namun sedikit dibawah kondisi stress, demikian juga tentang kondisi calm yaitu mempunyai perasaan takut atau tegang tetapi hanya tingkatan yang kecil sehingga manusia itu bisa menganggap kalau tidak terjadi apa-apa dalam kehidupannya. Dan relaxed sendiri yaitu suatu perasaan yang nyaman, tenang sehingga manusia itu bisa merasakan kebahagiaan dan senang. Berdasar empat tingkat kondisi sterss seseorang diatas dapat dikategorikan

Beberapa parameter penyebab stres yaitu :
a)Galvanic Skin Resistance (GSR) yaitu tahanan tubuh manusia biasanya diambil dari tahanan dua jari tangan

b)Heart rate (HR) dalam satuan beat per minute

c)Blood presure (BP) tekanan darah ini terbagi dengan tekanan darah batas bawah blood presure diastole (BPD) dan tekanan darah atas blood presure systole (BPS)

d)Temperatur tubuh atau dalam istilah medis disebut H & T




Perancangan Sensor tahanan tubuh manusia

Sensor yang digunakan pada aplikasi alat ini mempunyai spesifikasi alumunium foil. Berdasarkan beberapa literatur dan percobaan yang dilakukan, bahan aluminium foil sangat baik digunakan sebagai pembaca kondisi tahanan tubuh manusia terutama jika diinteraksikan dengan bagian kulit ari manusia. Untuk itu pada alat ini digunakan bahan aluminium foil yang dikemas/dibentuk dengan sistem perekat-tarik dan diletakkan pada ujung jari-jari manusia. Dengan menempatkan sensor tersebut pada kedua ujung jari-jari dan memberikan beda potensial ordo rendah pada sistem rangkaian sensor tersebut maka akan menghasilkan beda potensial yang lain yang terintegrasi dengan kondisi tahanan kulit manusia. Beda potensial inilah yang digunakan sebagai kondisi masukan pada rangkaian biopotensial atau kompensasi isyarat. Rangkaian biopotensial atau kompensasi isyarat merupakan rangkaian yang terdiri dari kombinasi Op-Amp yang diperlukan sebagai pengatur komposisi tegangan yang dihasilkan oleh sensor sehingga melalui sistem ini dihasilkan suatu tegangan yang terkendali


Gambar 2 :Rangkaian Bio potensial pada sistem pemantau stress

Rangkaian kalibrasi ini berupa rangkaian penguat inverting yang terpasang secara bertingkat dengan buffer inverting, sehingga mempunyai dua fungsi yaitu untuk memperbesar dan mengatur amplitudo tegangan DC yang dihasilkan oleh keluaran sensor pada penguat invertingnya sekaligus mempertahankan tegangan tersebut tetap stabil terhadap penambahan rangkaian berikutnya melalui rangkaian buffer. Pemilihan jenis penguat inverting secara bertingkat ini dimaksudkan untuk tetap mempertahankan fasa tegangan keluaran terhadap masukannya.


Perancangan sistem ADC

Tegangan DC yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah diatas merupakan tegangan analog, sedangkan untuk semua proses pengalamatan pada mikrokontroler ini yang diperlukan adalah tegangan digital, untuk itu tegangan analog ini perlu diubah dalam bentuk digital. Untuk keperluan pengubahan analog ke digital ini diperlukan rangkaian converter analog ke digital, dalam hal ini menggunakan IC ADC 0804. Rangkaian ADC 0804 yang digunakan adalah respon terkendali, dimana perubahan pembacaan data masukan dikendalikan oleh clock yang dihubungkan pada pin WR sehingga perubahan data dimulai setelah input WR tinggi. Untuk itu rangkaian ini dilengkapi dengan rangkaian clock dengan IC CMOS 4081 untuk memberikan kepastian detak ADC 0804. Dengan menambahkan clock pada ADC 0804 ini menyebabkan keluaran biner ADC 0804 lebih stabil yang juga berimbas terhadap angka-angka digital yang ditampilkan. Sistem minimum rangkaian ADC 0804 adalah sebagai berikut:


Gambar 3 :Sistem minimum rangkaian ADC 0804

ADC 0804 ini mempunyai masukan (Vin +) yaitu kaki 6 sebagai masukan sinyal analog, kaki 9 (Vref/2) berfungsi untuk menentukan tegangan referensi (Vref) yang dapat dilakukan dengan mengatur tegangan pada Vref/2 dengan potensio tegangan VR 10K. Kaki chip select (CS) dan Rd aktif low, output enable dihubungkan ke ground. Kaki WR untuk memulai pengubahan atau yang lebih dikenal dengan start conversion (SC) yang diberi clock dari IC CMOS 4081 yang memberikan perubahan detak dari pulsa rendah kemudian pulsa tinggi untuk memulai perubahan biner ketika masukan berubah. Tegangan biner yang dihasilkan dari ADC 0804 ini memanfaatkan 8 titik keluarannya (D7 sebagai MSB hingga D0 sebagai LSB) sehingga pada kondisi maksimal tegangan biner yang dihasilkan oleh ADC ini adalah 1111 1111 atau
255 kondisi masukan analog.


Perancangan sistem terprogram pada EPROM 27C256

Logika biner yang dihasilkan dari rangkaian ADC 0804 kemudian dilewatkan melalui rangkaian pengalamatan EPROM (dalam hal ini type 27C256 microchip) untuk memberikan alamat desimal pada setiap masukan biner ADC 0804. Pada EPROM ini sekaligus dapat dilakukan kalibrasi digital jika diperlukan untuk menampilkan angka tertentu pada bilangan biner masukan yang tidak bersesuaian. Pada EPROM inilah dilakukan pengalamatan dan kalibrasi untuk menunjukkan nilai tahanan tubuh manusia yang diukur melalui kedua ujung jarinya. EPROM 27C256 mempunyal 15 alamat (A14 – A0) dan 8 data keluaran (Q7 – Q0). Menyesuaikan data biner ADC 0804 maka hanya digunakan 8 alamat masukan EPROM saja yakni A7–A0, sedangkan alamat sisa lainnya diketanahkan untuk mengurangi distorsi pembacaan digital. Sedangkan pada 8 data keluaran dimanfaatkan untuk menggerakkan dekoder guna menampilkan instruksi desimal
yang diminta oleh EPROM tersebut.


Gambar 4 :Sistem penyambungan EPROM 27C256

Metoda Pengisian EPROM dilakukan dengan menggunakan EPROM Programmer yang ditampilkan melalui layar komputer, sehingga alamat-alamat EPROM 27C256 yang sejumlah 262144 bit ini tampil pada layar monitor dalam tampilan heksadesimal. Pada aplikasi ini bit yang dimanfaatkan hanya sebagian kecil saja yaitu hanya mengalamatkan angka desimal 00 hingga 99, hal ini sesuai dengan jumlah display maksimal yang bisa dimanfaatkan. Sehingga pada layar monitor alamat heksadesimal yang diisi dengan angka desimal berturut-turut hingga pada alamat 63H saja. Melalui metode pengisian angka-angka desimal maka keluaran EPROM pada data berupa bilangan-bilangan biner yang sudah berkode desimal, dengan metode BCD ini angka-angka keluaran EPROM akan lebih mudah diterjemahkan melalui dekoder untuk ditampilkan pada seven segment. Pada sistem ini juga menggunakan dua buah EPROM dimana sebuah EPROM berfungsi untuk menampilkan angka-angka yang menunjukkan tahanan tubuh manusia, dan untuk fungsi ini EPROM harus dilengkapi dengan dekoder seven segment. Sedangkan EPROM yang kedua berfungsi sebagai penampil karakter huruf depan dari indikator tingkatan stress yang ada. Untuk aplikasi ini EPROM tidak memerlukan tambahan dekoder melainkan dengan pemrograman khusus hingga membentuk karakter yang dikehendaki sesuai dengan tingkatan tahanan yang ditunjukkan oleh penampil tahanan tubuh manusia. Untuk aplikasi
penampil karakter ini data keluaran EPROM diambil tujuh bit saja dari setiap byte nya dan dihubungkan dengan ketujuh karakter led pembentuk seven segment. Dengan metode ini maka dapat dibentuk huruf berdasar penyalaan bit pembentuk karakter tampilan pada led seven segment.



Dari gambar diatas maka untuk membentuk huruf “r” yang menyatakan kata “relaxed” dilakukan dengan mengaktifkan led a,f dan e pada led seven segment. Untuk membentuk huruf “C” yang menyatakan kata “Calm”dilakukan dengan mengaktifkan led a,f,e dan d. Untuk mengaktifkan huruf “t” yang menyatakan kata “tense” dilakukan dengan mengaktifkan led pembentuk d,e,f, dan g. Sedangkan untuk mengaktifkan huruf “S” yang menyatakan kata “stressed” dilakukan dengan mengaktifkan led a,f,g,c dan d. Untuk mengaktifkan masing-masing led pembentuk karakter huruf pada seven segment tersebut dilakukan dengan menghubungkan masing masing port led karakter a,b,c,d,e,f,g dengan keluaran EPROM pada output masing-masing Q6,Q5,Q4,Q3,Q2,Q1,dan Q0. Sehingga untuk membentuk huruf “r” misalnya EPROM harus mengaktifkan keluaran Q6,Q2 dan Q0 dan berdasar urutan BCD EPROM maka dilakukan pemrograman dengan memasukkan angka 45h. Sedangkan untuk mengaktifkan huruf “C” untuk Calm maka EPROM harus
mengaktifkan keluaran Q6,Q3,Q2 dan Q0 dan berdasar urutan BCD EPROM maka dilakukan pemrograman dengan memasukkan angka 4Dh.dan seterusnya.

Rangkaian Dekoder Seven Segment
Pemilihan dekoder seven segment menggunakan IC dekoder 74LS247, pemilihan ini berdasar pada beberapa kriteria diantarnya adalah kemampuan IC dekoder tersebut dalam menampilkan dioda led-dioda led seven segment secara sempurna terutama dalam menampilkan angka 9 dan angka 6. Kriteria lain adalah karena jenis seven segment yang digunakan adalah jenis anoda bersama dimana VCC menjadi common dan hal ini sangat sesuai dengan karakteristik dekoder 74LS247 dimana keluaran dekoder ini merupakan logika output rendah atau sering disebut dengan istilah ground jalan. Metode penyambungan dekoder 74LS247 yang teraplikasi pada seven segment penunjuk suhu pada pembuatan alat ini ditunjukkan pada gambar berikut ini :


Gambar 5 : Dekoder 74LS247 sebagai penggerak seven segment

Masing-masing dekoder 74LS247 diatas mendapatkan masukan dari data keluaran EPROM yang telah mengelompok menjadi dua kelompok BCD masingmasing sebagai penampil puluhan dan penampil satuan. Masukan dekoder 74247 merupakan kode-kode desimal DCBA atau urutan 8421 dimana kombinasi dari kode-kode desimal tersebut yang digunakan untuk menampilkan angka pada seven segment. Sebagai contoh untuk menampilkan angka 9 maka kode desimal dalam bentuk biner yang harus aktif adalah 1001, sesuai urutan kode 8421 maka penjumlahan dari kode 1001 adalah angka desimal 9. Pada permintaan kode ini maka led seven segment yang aktif adalah a,b,c,d,f,g. Jadi untuk keperluan penterjemahan kode menjadi display atau led yang aktif inilah dekoder 74247 diperlukan.

Perancangan rangkaian power suplly
Power suplay merupakan salah satu faktor utama dalam pembuatan suatu rangkaian sebab semua aplikasi rangkaian mutlak memerlukan adanya power suplay tersebut. Dalam aplikasi rangkaian elektronika dikenal beberapa jenis power suplay diantaranya adalah power suplay simetris, power suplay fiks satu sisi dan power suplay variable. Dalam perancangan alat ini digunakan dua buah power suplay yaitu power suplay simetris dan power suplay fiks 5 volt. Disebut power suply simetris karena tegangan yang dihasilkan oleh power suplay jenis ini setimbang atau sama besar pada sisi negatif dan positif. Pada power suplay simetris ini menghasilkan tegangan 12 volt dan –12 volt, yang digunakan sebagai pencatu IC jenis CMOS dan komponen Opamp yang membutuhkan kondisi simetris. Sedangkan power suplay fiks 5 volt digunakan untuk mencatu beberapa jenis IC TTL, ADC 0804 dan EPROM.


Gambar 6 : Rangkaian power supply

Untuk menghasilkan tegangan fiks 5 volt pada power suplay ini menggunakan sebuah dioda zener 5V1 yang dikuatkan dengan transistor untuk memberikan kestabilan arus kerja power suplay tersebut. Sedangkan pada tegangan simetris menggunakan regulator pembentuk tegangan 7812 untuk membentuk tegangan positif dan regulator 7912 untuk menghasilkan tegangan negatif 12 volt. Pada perancangan sistem tegangan simetris ini tidak disertai dengan transistor sebab regulator tersebut telah dilengkapi dengan sistem penstabil sehingga untuk diaplikasikan pada beban yang tidak terlalu besar seperti pada alat ini kemampuan penstabilan regulator 12 volt ini masih mencukupi.
Lanjutkan...!!!

Sejarah X-Ray

Wilhelm Conrad Rontgen si penemu sinar X dilahirkan pada tahun 1845 di kota Lennep, Jerman. Beliau memperoleh gelar doktor tahun 1869 dari Universitas Zurich. Selama sembilan belas tahun sesudah itu, Rontgen bekerja di berbagai universitas. Tahun 1888 dia diangkat menjadi mahaguru bidang fisika dan Direktur Lembaga Fisika Universitas Wurburg. Di situlah, tahun 1895, Rontgen membuat penemuan yang membuat namanya kesohor.

Tanggal 8 Nopember 1895, Rontgen melakukan percobaan dengan tabung sinar katoda (CRT). Sinar katoda terdiri dari arus elektron. Arus diproduksi dengan menggunakan voltase tinggi antara elektrode yang ditempatkan pada masing-masing ujung tabung gelas yang udaranya hampir dikosongkan seluruhnya.

Sinar katoda sendiri tidak khusus merembes dan sudah distop oleh beberapa sentimeter udara. Pada peristiwa ini Rontgen sudah sepenuhnya menutup tabung sinar katoda miliknya dengan kertas hitam tebal, sehingga meskipun sinar listrik dinyalakan, tak ada cahaya yang bisa terlihat dari tabung. Tetapi, tatkala Rontgen menyalakan arus listrik di dalam tabung sinar katoda, dia terperanjat melihat bahwa cahaya mulai memijar pada layar yang terletak dekat bangku seperti distimulilasi oleh sinar lampu. Dia padamkan tabung dan layar (yang terbungkus oleh barium platino cyanide) cahaya berhenti memijar. Karena tabung sinar katoda sepenuhnya tertutup, Rontgen segera sadar bahwa suatu bentuk radiasi yang tak terlihat pasti datang dari tabung ketika cahaya listrik dinyalakan. Karena ini merupakan hal yang misterius, dia sebut radiasi yang tampak itu dengan nama "sinar X".

Proses X-Ray mengacu pada proses efek Fotoelektrik. Pada proses pembentukan X-Ray diperlukan suatu elektron. Elektron dipancarkan oleh filamen panas dan ditembakkan secara cepat dengan tegangan tinggi melalui pipa X-Ray. Pada saat elektron menabrak plat metal dengan kecepatan tinggi ketika itulah X-Ray terbentuk.





Dalam pengembangannya pemanfaatan X-Ray diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu Hard X-Ray dan Soft X-Ray.
Hard X-Ray biasanya digunakan oleh industri untuk mendeteksi keretakan pada komponen metal. Sedangkan Soft X-Ray digunakan untuk diagnosa dan scanning/medical imaging di bidang kedokteran.


Lanjutkan...!!!

Pengolahan Citra pada Biomedis

Ilmu kedokteran saat ini berkembang pesat, salah satu bidang ilmu dari kedokteran adalah biomedik. Ilmu Biomedik adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan asas-asas dan pengetahuan dasar ilmu pengetahuan alam (Biologi, Kimia dan Fisika) untuk menjelaskan fenomena hidup pada tingkat molekul, sel, organ dan organisme utuh, hubunganya dengan penyakit dan mencarikan serta mengembangkan bahan yang tepat untuk mencegah, mengobati dan memulihkan kerusakan akibat penyakit.

Bidang-bidang pengolahan citra pada Biomedik yang banyak digunakan adalah
Pencitraan Medik (Tomography): Tomography dapat diartikan sebagai rekonstruksi citra secara irisan melintang tanpa menggangu obyek yang sedang diukur. Contohnya adalah Single Photon Emission Computerised Tomography (SPECT), Positron Emission Tomography (PET), , Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Electrical Impedance Tomography (EIT), Computerised Axial Tomography (CAT).
Contoh Pengolahan citra pada biomedik bisa anda lihat pada video ini :


Dikutip dari http://segeran21.com/ Lanjutkan...!!!